Minggu, 10 Agustus 2008

KEMARIN LUSA, JALUR INI SERING TERJADI KECELAKAAN

Sri Rukiyati Ningsih
Ada apa dengan judul di atas? Mungkin itu pertanyaan yang muncul dalam benak Anda. Wajar saja bahwa Anda mepertanyakan judul itu karena sekilas tidak ada yang salah di dalamnya. Anda memahami benar artinya. Mari kita bahas satu persatu judul di atas.
Kemarin Lusa
Kelompok kata kemarin lusa mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Ke-lompok kata ini sering kali digunakan. Bahkan, mungkin Anda sendiri sering pula menggunakannya. Tahukah Anda artinya? Sebelum kita membahas lebih dalam, perhatikan kalimat berikut.
(1) Kemarin aku bertemu dengan Andi.
(2) Besok saja kita bicarakan masalah ini.
(3) Saya akan bicarakan masalah ini lusa.
Kedua kalimat di atas menggunakan keterangan yang menyatakan waktu, yaitu kemarin dan besok. Tahukan Anda artinya? Tepat sekali. Kata kemarin ber-arti satu hari sebelum hari ini. Bila hari ini Rabu, misalnya, berarti kemarin adalah Selasa, bukan? Kata besok berarti satu hari setelah hari ini. Bila hari ini adalah Rabu berarti besok adalah hari Kamis. Begitu bukan?
Lalu, apa arti kata lusa? Kalau kita mencermati Kamus Besar Bahasa Indo-nesia, kita dapat mengetahui bahwa Lusa berarti dua hari setelah hari ini. Jadi, bi-la hari ini Rabu, lusa berarti Jumat.
Nah, sekarang Anda sudah mengetahui arti kata kemarin, besok, dan lusa. Sekarang coba Anda pikirkan salah satu judul di atas, yaitu kemarin lusa, seperti pada kalimat Kemarin lusa sudah saya jelaskan masalah ini pada kalian. Kalau kita cermati makna kalimat di atas, sebenarnya pembicara ingin mengungkapkan sesuatu yang telah dikerjakannya beberapa hari yang lalu. Akan tetapi benarkah itu maknanya? Kalau kita terapkan pada hari ini, Rabu, kira-kira hari apa kemarin lu-sa itu? Ya, saya yakin Anda mulai menyadari bahwa penggunaan kelompok kata itu tidak tepat. Tidak pernah ada rentang hari kemarin lusa itu. Bagaimana mung-kin sesuatu yang telah lampau dapat dipadukan dengan sesuatu yang belum terja-di, bukan? Lalu, kelompok kata apa yang tepat sebagai alih-alih kemarin lusa? Untuk menggantikan kata itu, kita bisa menggunakan kelompok kata kemarin dulu atau dua hari yang lalu. Perhatikan perbaikan kalimat di atas.
(4) Kemarin dulu sudah saya jelaskan masalah ini pada kalian.
(5) Dua hari yang lalu saya jelaskan masalah ini pada kalian.
Setelah Anda memahami persoalan yang terjadi pada salah satu judul di atas, saya yakin Anda tertarik untuk memecahkan misteri pada judul yang kedua, yaitu Tempat ini sering terjadi kecelakaan.
Jalur Ini Sering Terjadi Kecelakaan
Tulisan ini dapat kita temukan di tepi jalan raya Bangkalan—Kamal. Tulisan ini, sebenarnya, merupakan peringatan kepada pengguna jalan agar mereka berha-ti-hati. Akan tetapi, bila dicermai dengan baik, pesan yang disampaikan tulisan itu membingungkan. Mengapa? Mari kita bahas bersama-sama.
Sebuah kalimat memiliki unsur yang menduduki fungsi-fungsi tertentu, se-perti subjek (S), predikat (P), atau bisa juga dilengkapi fungsi yang lain, seperti objek (O), Pelengkap (P), dan keterangan (K). Setiap unsur itu, kecuali fungsi ob-jek dan pelengkap, dapat dipermutasikan dalam kalimat. Perhatikan contoh ber-ikut.
(1) Saya pergi ke Malang.
S P K
(1a) pergi saya ke Malang.
(1b) Ke Malang saya Pergi.
(1c) Ke Malang pergi saya.
Bila melihat contoh di atas, kita dapat melihat bahwa struktur kalimat itu benar. Dengan kata lain, permutasi setiap unsur kalimat itu berterima/gramatikal. Akan tetapi, bagaimana dengan kalimat berikut?

(2) Karyawan yang baik diberikan penghargaan.
Untuk menentukan apakah struktur kalimat di atas benar, mari kita coba per-mutasi setiap unsur kalimat tersebut.
(2a) Penghargaan / karyawan yang baik/ diberikan. *)
(2b) Diberikan / karyawan yang baik / penghargaan. *)
(2c) Penghargaan / diberikan / karyawan yang baik. *)
Ternyata dari permutasi di atas, terbukti bahwa kalimat Karyawan yang baik diberikan penghargaan bukanlah kalimat yang gramatikal. Mengapa? Kalimat ter-sebut memiliki dua unsur subjek (S), yaitu karyawan yang baik dan penghargaan.
Untuk memperbaiki kalimat di atas, ada dua cara yang dapat dilakukan, yaitu
a. menghilangkan sufik –kan pada predikat diberikan sehingga kalimat itu menja-di Karyawan yang baik diberi penghargaan.
b. mengubah unsur karyawan yang baik menjadi unsur K dengan menambahkan kata depan kepada sehingga kalimat itu menjadi Penghargaan diberikan kepa-da karyawan yang baik atau Kepada karyawan yang baik diberikan penghar-gaan.
Nah, untuk menguji apakah perbaikan di atas sudah benar, perhatikan hasil permutasi setiap unsur kalimat di atas.
(3) Karyawan yang baik / diberi penghargaan.
S P
(3a) Diberi penghargaan / karyawan yang baik.
P S

(4) Penghargaan / diberikan / kepada karyawan yang baik.
S P K
(4a) Kepada karyawan yang baik / diberikan / penghargaan.
K P S
(4b) Penghargaan / kepada karyawan yang baik/ diberikan.
S K P
(4c) Kepada karyawan yang baik / penghargaan / diberikan.
K S P
Kalau mengamati kalimat di atas, jelas bahwa hasil permutasi itu tidak mengubah makna kalimat. Dengan kata lain kalimat Karyawan yang baik diberi pengharga-an atau Penghargaan diberikan kepada karyawan yang baik adalah benar/gramati-kal.
Setelah mengamati contoh di atas, mari kita kembali pada persoalan semula, yaitu membahas kalimat Jalur ini sering terjadi kecelakaan. Sudah bisakah Anda menentukan apakah kalimat tersebut benar? Marilah kita membahasanya bersama-sama.
(5) Jalur ini sering terjadi kecelakaan.
Seperti kalimat (2), kalimat di atas terdiri atas tiga unsur, yaitu unsur jalur ini, sering terjadi, dan unsur kecelakaan. Untuk menentukan apakah kalimat di atas gramatikal, mari kita coba permutasi unsur-unsur kalimat itu. Bila unsur kali-mat di atas dapat dipermutasikan, berarti kalimat itu benar atau gramatikal.
(5a) Sering terjadi / jalur ini / kecelakaan.*)
(5b) Kecelakaan / sering terjadi / jalur ini.*)
(5c) Kecelakaan / jalur ini / sering terjadi.*)
Nah, ternyata hasil permutasi ketiga unsur itu menghasilkan konstruksi yang tidak gramatikal. Apa penyebabnya? Ternyata—seperti kalimat (2)—kalimat itu memiliki dua unsur yang berfungsi sebagai subjek (S) atau dengan kata lain ka-limat itu bersubjek ganda. Kalimat yang seperti itu tentu saja tidak benar. Untuk mengubah kalimat itu menjadi benar, salah satu subjek kalimat, jalur ini, harus diubah menjadi keterangan sehingga kalimat itu menjadi (3) Di jalur ini sering terjadi kecelakaan.
Apakah perubahan kalimat itu sudah benar? Mari kita uji bersama melalui permutasi unsur-unsurnya.
(3a) Sering terjadi / kecelakaan / di jalur ini.
(3b) Kecelakaan / sering terjadi / di jalur ini.
(3c) Sering terjadi / di jalur ini / kecelakaan.
(3d) Kecelakaan / di jalur ini / sering terjadi.
Nah, ternyata hasil permutasinya tidak menimbulkan kerancuan makna, bu-kan? Dengan kata lain, struktur kalimat Di jalur ini sering terjadi kecelakaan ada-lah struktur kalimat yang gramatikal.
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa kalimat yang memiliki subjek ganda akan menimbulkan kerancuan kalimat. Kalimat seperti itu dapat dikatakan kalimat yang tidak baku. Mengapa? Masalahnya jelas sekali, yaitu ada satu unsur subjek dalam kalimat yang sebenarnya bukan subjek atau bisa kita katakan dengan istilah subjek semu.
Tolong diingat bahwa tidak semua kalimat yang memiliki subjek ganda ter-masuk kalimat yang tidak baku. Kalimat Ibu sedang menanam bunga dan ayah membantunya juga mempunyai subjek ganda, yaitu unsur ibu dan unsur ayah. Akan tetapi, kalimat itu benar/gramatikal karena kedua subjek itu ada pada tataran kalimat majemuk. Keberadaan subjek ganda menjadi salah bila subjek itu terdapat pada kelimat tunggal.
Setelah Anda mencermati dan memahami semua penjelasan di atas, saya berharap Anda tidak mengulangi kesalahan dalam menggunakan kata, kelompok kata di dalam menyusun kalimat dan saya berharap pula Anda mampu menjadi pengguna-pengguna bahasa yang cermat dan kritis.